1. Usia.
* Bayi tidak mampu membedakan
stimulus sensori karena jalur sarafnya masih belum matang.
* Penglihatan berubah selama
usia dewasa mencakup presbiopia ( ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat
), dan kebutuhan kaca mat baca ( usia 40 – 50 th )
* Pendengaran berubah, mulai
usia 30 th, temasuk penurunan tajam pendengaran, kejelasan bicara, perbedaan
pola tinggi suara dan ambang pendengaran,
*
Lansia mengalami penurunan lapang penglihatan, peningkatan sensitivitas cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada malam hari, penuruanan akomodasi, dan kedalaman persepsi dan diskrimionasi warna.
Lansia mengalami penurunan lapang penglihatan, peningkatan sensitivitas cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada malam hari, penuruanan akomodasi, dan kedalaman persepsi dan diskrimionasi warna.
* Lansia memiliki kesulitan
membedakan konsonan, suara bicara bergetar, dan terdapat perpanjangan persepsi
dan reaksi bicara.
* Perubahan gustatori dan
olfaktori mencakup penurunan dalam jumlah ujung saraf pengecap dan penciuman.
Serta penurunan diskriminasi rasa dan sensitivitas terhadap bau.
* Proprioseptif berubah setelah
usia 60 tahun , termasuk kesulitan dengan keseimbangan, orientasi mengenai
tempat dan koordinasi.
* Lansia mengalami perubahan
taktil, termasuk penurunan sensitivitas terhadap nyeri, tekanan dan suhu.
2. Medikasi.
* Beberapa obat antibiotika (
misal streptomisin, gentamisin ) adalah antibiotika yang ototoksik dan secara
permanent dapat merusak saraf pendengaran , klorampenikol dapat
mengiritasi saraf optic, Obat
jenis analgesic narkotik, sedative dan antidepresan dapat mengubah peresepsi
stimulus.
3. Lingkungan.
* Stimulus lingkungan yang
berlebihan( peralatan yang bising, percakapan staf di dalam unit perawatan )
dapat menghasilkan beban sensori yangberlebihan yang ditandai dengan
kebingungan, disorientasi, dan ketidakmampuan membuat keputusan.
* Stimulus lingkungan yang
terbatas ( isolasi ) dapat mengarah kepada deprivasi sensori, serta kualitas
lingkungan yang buruk( misal penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar
belakang yang bising ) dapat memperburuk kerusakan sensori.
4. Tingkat kenyamanan.
* Nyeri dan kelelahan mengubah
cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap stimulus.
5. Penyakit yang ada sebelumnya.
* Penyakit vascular perifer
dapat menyebabkan penurunan sensasi pada ekstremitas dan kerusakan kognisi.
* Penyakit Diabetes kronik dapat
mengarah pada penurunan penglihatan, kebutaan, atau neuropati perifer.
* Penyakit Stroke sering
menimbulkan kehilangan kemampuan bicara, kerusakan fungsi motorik dan
penerimaan sensori.
6. Merokok.
* Penggunaan tembakau yang
kronik dapat menyebabkan atropi ujung-ujung saraf pengecap, mengurangi persepsi
rasa.
7. Tingkat kebisingan.
* Pemaparan yang konstan pada
tingkat kebisingan yang tinggi dapat meyebabkan kehilangan pendengaran.
8. Intubasi Endotrakea.
* Kehilangan kemampuan bicara
sementara akibat pemasukan selang endotrakea melalui mulut atau hidung kedalam
trakea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar